
Di balik angka, ada cerita. Di balik uang, ada jiwa. Novelet berjudul Itu Uang Saya adalah bisikan tentang kebebasan manusia dari tuan bernama kapital. Itu Uang Saya adalah kisah tentang Arya Yudistira, seorang akuntan muda idealis yang berjuang mempertahankan kedaulatan ekonomi di tengah arus kapital global.
Ketika sebuah desa di lereng Lawu, Banyusemilir, hendak melelang sumber air mineralnya, Arya turun tangan membela rakyat kecil melalui Koperasi Desa Merah Putih, melawan perusahaan asing yang berusaha mengambil alih dengan cara halus namun mematikan.
Di balik janji investasi dan “standar global” yang tampak indah, tersimpan wajah baru imperialisme modern; negara-negara maju yang dulu kaya karena menjarah rempah dan besi dari tanah jajahan, kini menundukkan dunia lewat aturan, sertifikasi, dan modal raksasa. Pertarungan pun menjadi tidak seimbang, ibarat David melawan Goliath ketika hukum global berpihak pada pemilik modal, dan bukan pada keadilan.
Namun Arya percaya, perjuangan belum selesai.Bahwa di balik setiap tetes air, ada harga diri bangsa; dan di balik setiap neraca keuangan, ada nurani yang tak boleh dibeli.
Novelet ini ditujukan bagi anak ekonomi, akuntan, ASN di Komdigi, Kemenkeu, Kementerian Koperasi, juga sahabat yang gemar membaca, dan kepada siapa pun yang tengah menjejak karier membangun karakter—yang kelak dibanggakan teman temannya, juga calon mertua, calon pendamping hidup.
Lewat kisah cinta, idealisme, dan benturan nilai antara koperasi rakyat dan korporasi global, “Itu Uang Saya” menghadirkan refleksi tajam tentang kemandirian ekonomi Indonesia di era neo-kolonialisme—sebuah pertempuran sunyi antara uang dan kemanusiaan. Ditulis oleh Isnaeni Achdiat, seorang akuntan dan pianis.

Novelette “That’s My Money” (by Isnaeni Achdiat)
Behind the numbers, there is a story. Behind the money, there is a soul. The novelette “That’s My Money” tells of Arya Yudistira, an idealistic young accountant fighting to preserve economic sovereignty amid global capital flows, inspiring readers to see the human side of finance.
When a village on the slopes of Lawu, Banyusemilir, wanted to auction off its mineral water sources, Arya intervened to defend the small people through the Red and White Village Cooperative against foreign companies that were trying to take over in subtle but deadly ways.
Behind the seemingly promising investment and ‘global standards’ lies the new face of modern imperialism; developed countries, once rich from colonial plunder, now dominate through regulations, certification, and capital, often siding with profit over justice, which can distract readers from the core issue.
However, Arya believes that the struggle is not over yet. That behind every drop of water, there is national pride; and behind every financial balance, there is a conscience that cannot be bought.
This novelette is aimed at economics students, accountants, civil servants at the Ministry of Communications and Digital, the Ministry of Finance, the Ministry of Cooperatives, and friends who enjoy reading, helping them reflect on building character and fostering patriotism for their future careers and communities.
Through a story of love, idealism, and the clash of values between people’s cooperatives and global corporations, “That’s My Money” presents a sharp reflection on Indonesia’s economic independence in the era of neo-colonialism—a silent battle between money and humanity. Written by Isnaeni Achdiat, an accountant and a pianist.