Buku “Handoko Subali & Elizabeth Halim: Jejak Cinta dalam Ketekunan – Warisan Keluarga Subali” adalah buku ke-30 Robert Adhi Ksp

Buku “Handoko Subali & Elizabeth Halim: Jejak Cinta dalam Ketekunan – Warisan Keluarga Subali” memuat kisah Handoko Subali dan istrinya, Elizabeth Halim, yang merintis dan mendirikan perusahaan tas Elizabeth dari nol. Handoko saat itu masih bekerja di sebuah toko di Bandung sebagai tenaga pemasaranperusahaan tas. Berbekal sepeda tua, Handoko berkeliling kota Bandung, menjajakan tas dari pasar ke pasar, dari toko ke toko. Setelah pasangan ini mempunyai anak, kebutuhan ekonomi keluarga semakin meningkat. Muncullah ide untuk membuat tas sendiri dan menjualnya.

Pasangan Handoko Subali dan Elizabeth Halim memulai usaha tas dari rumah di Gang Kebon Tangkil di Gardu Jati Bandung, yang disewa selama 10 tahun. Namun dalam lima tahun, usaha tas mereka berkembang sehingga pada tahun 1965 mereka mencari rumah yang lebih luas di Kalipah Apo seluas 400 meter persegi.  

Tahun 1972, keluarga Handoko pindah ke Jalan Otista di Bandung. Mereka membeli tanah kosong seluas 1.700 meter persegi, bekas garasi bus — yang kemudian menjadi toko tas dan rumah tinggal. Agar kualitas produk berstandar sama, pada 1985 Handoko dan Elizabeth mendirikan pabrik di Leuwigajah. Produksi tas Elizabeth pun langsung melesat drastis. Setelah bisnis tas Elizabeth berkembang pesat, mereka membangun mal Cihampelas Walk dan Hotel Sensa — yang menjadi ikon Cihampelas dan Kota Bandung.   

Buku ini dilengkapi dengan testimoni anak-anak, menantu, dan cucu-cucu Handoko dan Elizabeth — yang sebagian di antaranya meneruskan bisnis keluarga ini. Juga komentar para sahabat yang mengenal dekat pasangan pengusaha ini dan keluarganya.

Prinsip Handoko dan Elizabeth adalah kudu nyaah ka karyawan (harus menyayangi karyawan) dan inilah yang mendasari pola pengembangan sumber daya manusia di Elizabeth. Handoko tahu persis kehidupan karyawan dan berempati pada mereka karena dia pernah menjadi seorang karyawan. Testimoni sejumlah karyawan Elizabeth menunjukkan ungkapan jujur tentang perusahaan Elizabeth yang dipimpin keluarga Subali. 

Buku ini layak dibaca siapa saja yang ingin mengenal dari dekat sosok Handoko Subali dan Elizabeth Halim, pendiri dan pemilik perusahaan tas Elizabeth, Mal Cihampelas Walk, dan Hotel Sensa Bandung, pengusaha yang humble dan penuh empati. 

Buku ini ditulis oleh Robert Adhi Ksp yang bernama lengkap Robert Adhi Kusumaputra. “Handoko Subali & Elizabeth Halim: Jejak Cinta dalam Ketekunan – Warisan Keluarga Subali” adalah buku ke-30 yang ditulisnya.  Buku-buku lain Robert Adhi Ksp di antaranya “Panggil Aku King” (2009), biografi pebulu tangkis legendaris Indonesia Liem Swie King; “Rahasia Sukses Pengusaha Properti” (2011); “Tony Wenas, Chief Entertainment Officer” (2017);  “Sofjan Wanandi dan Tujuh Presiden” (2018); “26 Kisah Inspiratif Pemimpin Industri Properti” (2024), dan “40 Tahun Gapuraprima Group Berkarya Mewarnai Negeri” (2025). 

Handoko Subali & Elizabeth Halim: Traces of Love in Perseverance – Subali Family Heritage

The book “Handoko Subali & Elizabeth Halim: Traces of Love in Perseverance – Subali Family Heritage” tells the story of Handoko Subali and his wife, Elizabeth Halim, who founded the Elizabeth bag company from scratch. At that time, Handoko was still working in a shop in Bandung as a salesperson for a bag company. Pedaling an old bicycle, Handoko went around the city of Bandung, selling bags from market to market, from shop to shop. After this couple had children, the family’s economic needs increased. The idea arose to make their own bags and sell them.

A couple, Handoko Subali and Elizabeth Halim, started a bag business from their house in Gang Kebon Tangkil, Gardu Jati, Bandung, which they rented for 10 years. However, within five years, their bag business grew, and in 1965, they looked for a larger house in Kalipah Apo, covering 400 square meters.

In 1972, the Handoko family moved to Jalan Otista in Bandung. They bought 1,700 square meters of empty land, a former bus garage that later became a bag shop and a residence. To ensure product quality remained the same standard, in 1985, Handoko and Elizabeth set up a factory in Leuwigajah. Production of Elizabeth bags immediately accelerated drastically. After Elizabeth’s bag business grew rapidly, they built the Cihampelas Walk mall and the Sensa Hotel, which became icons of Cihampelas and the city of Bandung.

This book features testimonials from Handoko and Elizabeth’s children, in-laws, and grandchildren —some of whom have continued the family business—as well as comments from friends who know this business couple and their family closely.

Handoko and Elizabeth’s principle is kudu nyaah ka employees (must love employees), and this underlies the pattern of human resource development at Elizabeth. Handoko understands the lives of employees and empathizes with them because he was once an employee himself. Testimonials from several Elizabeth employees offer honest reflections on the company led by the Subali family.

This book is worth reading for anyone who wants to get to know the figures of Handoko Subali and Elizabeth Halim, founders and owners of the Elizabeth bag company, Cihampelas Walk Mall, and Sensa Hotel Bandung, both humble and empathetic entrepreneurs.

Robert Adhi Ksp, whose full name is Robert Adhi Kusumaputra, has written “Handoko Subali & Elizabeth Halim: Traces of Love in Perseverance – The Subali Family Heritage”, which is the 30th book he has written. Robert Adhi Ksp’s other books include “Call Me King” (2009), a biography of the legendary Indonesian badminton player Liem Swie King; “Secrets of Successful Property Entrepreneurs” (2011); “Tony Wenas, Chief Entertainment Officer” (2017); “Sofjan Wanandi and the Seven Presidents” (2018); “26 Inspirational Stories of Property Industry Leaders” (2024), and “40 Years of Gapuraprima Group Coloring the Country” (2025).