
Buku “Membangun MRT: Pengalaman Kepemimpinan William Sabandar” diluncurkan secara resmi dalam acara di Perpustakaan Nasional RI di Jakarta, Rabu 21 Agustus 2024 pagi.
Buku ini mengungkapkan pengalaman pribadi William Sabandar ketika memimpin PT MRT Jakarta pada periode 2016-2022. Memimpin pembangunan MRT, bagi William Sabandar, adalah perjalanan kepemimpinan yang dipandu oleh hati nurani, digerakkan nilai-nilai etika dan moral, dan menghasilkan sebuah karya yang manfaatnya dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Di masa kepemimpinan William Sabandar, PT MRT Jakarta berhasil menyelesaikan persoalan pembebasan tanah dan menyelesaikan pembangunan konstruksi stasiun MRT berikut fasilitas pelengkapnya, serta mengoperasikan fase ke-1 rute Lebak Bulus – Bundaran HI pada Maret 2019. MRT telah menciptakan peradaban baru dan memperkenalkan kultur transportasi publik tepat waktu, bersih, nyaman, aman, saling menghargai, peduli terhadap disabilitas, dan penumpang prioritas.
Kata kunci keberhasilan William Sabandar memimpin PT MRT Jakarta terletak pada aspek kepemimpinannya. “Bagaimana menjabarkan misi besar mengubah peradaban Jakarta, bukan sekadar membangun infrastruktur. Peranan kepemimpinan memainkan hal penting. Di buku ini, saya berbagi pengalaman saya selama enam tahun sejak diminta Gubernur DKI Jakarta (masa itu) Basuki Tjahaja Purnama untuk memimpin PT MRT Jakarta melakukan percepatan pembangunan, termasuk menyelesaikan berbagai persoalan pembebasan tanah,” kata William Sabandar.
Sejak awal, William Sabandar fokus membangun manusia dan kapabilitas organisasi, serta meyakini Indonesia bisa meniru Jepang dalam mengelola MRT dan melayani penumpangnya. William mentransfer kepemimpinan, mengajak karyawan MRT yang 92 persen adalah generasi milenial yang berusia di bawah 38 tahun. Mereka benar-benar punya komitmen untuk mengubah Jakarta. Di sini, William memainkan perannya membangun integritas dengan benar, disiplin, dan mengedepankan kualitas, keamanan, dan keamanan. Ketika MRT beroperasi, tiga hal ini dikedepankan, yang berbuah pada kepercayaan (trust).
“Misi utama adalah membuat Jakarta lebih baik dan Indonesia lebih maju. Hasilnya adalah MRT yang berkualitas yang dinikmati saat ini. Kami berhasil mengubah budaya pengguna transportasi publik menjadi berdisiplin dan menghargai semua orang. Terutama menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi di Jakarta dan Indonesia tidak kalah dengan kota-kota modern di dunia,” kata William.
Bagaimana cara William Sabandar membereskan pembebasan lahan? Selain pendekatan legal formal, Wiliam membangun komunikasi dari hati ke hati dengan pemilik lahan. Berempati dan mendengar seksama setiap keluhan mereka sangat membantu penyelesaian masalah. Setelah pembebasan lahan selesai pada Desember 2016, William menargetkan MRT Jakarta fase ke-1 beroperasi pada Maret 2019. Dia membangun strategi percepatan, mulai dari menghitung mundur sampai “merayu” kontraktor Jepang agar bekerja siang malam.
Selama dua tahun (2020 dan 2021) masa pandemi COVID-19, jumlah penumpang MRT merosot. William memanfaatkan krisis pandemi sebagai peluang dengan melakukan transformasi dan meyakini, “Innovating out of crisis adalah sikap mental paling dibutuhkan perusahaan untuk survive dan menjadi terdepan.”
William: Bangun 10 Jalur MRT Jangan Hanya Andalkan Dana Pemerintah, Tapi Libatkan Swasta
Buku ini juga mengulas upaya William Sabandar merintis pengembangan TOD di sejumlah stasiun di sepanjang koridor MRT Selatan—Utara dengan tujuan mengintegrasikan penggunaan kendaraan umum massal dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.
MRT masih jauh dari selesai, Jakarta membutuhkan lebih banyak jalur MRT, dan William Sabandar telah meletakkan fondasi yang kokoh. William hanya sebagian kecil dari sekelompok orang yang telah memulai pembangunan MRT. Karya monumental ini diharapkan dilanjutkan, dipelihara dan dikembangkan untuk menjadi tulang punggung sistem transportasi di berbagai kota di Indonesia.
“Fase pertama sepanjang 16 kilometer tidak cukup, dan harus dilanjutkan dengan fase-fase berikutnya. Berdasarkan master plan dan studi JICA yang merekomendasikan pembangunan 10 line MRT di Jabodetabek sepanjang 422,5 km,” kata William.
Proyek MRT paket lengkap ini diharapkan terwujud saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan pada 2045. “Untuk mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi massal, pembiayaannya sebaiknya tidak hanya mengandalkan dana pemerintah (APBN atau APBD), tetapi juga melibatkan pihak swasta, investor asing, dan donor lainnya,” kata William yang juga Chief Operating Officer (COO) Indonesian Business Council/IBC.
William Sabandar yang juga Presiden Intelligent Transport System (ITS) Indonesia berpendapat, sudah waktunya kota-kota besar di Indonesia seperti Medan, Bandung, Bali, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makassar memperkenalkan dan membangun transportasi massa agar daya tarik kota semakin memikat, dan menjadi tempat pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Ketua Tim Asistensi Ahli Bidang Transportasi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara ini memberi contoh, IKN Nusantara saat ini mengedepankan penggunaan transportasi publik tanpa awak (Autonomous Rail Rapid Transit/ART) yang ramah lingkungan. IKN menjadi contoh yang baik bahwa sebuah kota mulai dibangun dengan penyediaan sistem transportasi publik.
Buku setebal 432 halaman ini diberi pengantar oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Komisaris Utama PT MRT Jakarta periode 2013-2017 Erry Riyana Hardjapamekas, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional 2016-2022 Sofyan Djalil, Ketua Umum Kadin 2021-2026 M. Arsjad Rasjid P.M., dan Direktur Utama PT MRT Jakarta (2022 – sekarang) Tuhiyat.
Buku “Membangun MRT: Pengalaman Kepemimpinan Willliam Sabandar” yang diterbitkan Pustaka KSP Kreatif, merupakan hasil kolaborasi Robert Adhi Ksp dan William Sabandar. Buku ini layak dibaca oleh pemerhati transportasi massal, pemimpin kota, pemimpin korporasi, dan siapa saja yang peduli pada pembangunan infrastruktur kota, termasuk pengguna MRT dan transportasi publik lainnya. ***