Suasana BSD City di waktu malam. Foto dokumentasi Sinar Mas Land

ROBERT ADHI KSP

Michael Widjaja, cucu pendiri Grup Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja saat ini memimpin perusahaan pengembang properti Sinar Mas Land sebagai Group Chief Executive Officer atau Group CEO. Michael adalah anak ketiga Muktar Widjaja, Chairman Sinar Mas Land.

Lahir di Surabaya, 9 Juli 1984, Michael menghabiskan masa kecil dan remajanya di Singapura. Michael melanjutkan pendidikan tinggi di University of Southern California, Los Angeles, Amerika Serikat, mendalami International Relation in Global Business. Setelah kembali ke Indonesia pada 2007, Michael mulai bekerja di Sinar Mas Land melalui PT Duta Pertiwi dan setahun kemudian mulai bekerja di badan usaha terbesar dari perusahaan tersebut yakni PT Bumi Serpong Damai Tbk. 

Sejak Juli 2011, Michael menjabat Group CEO Sinar Mas Land, yang membawahi berbagai proyek properti di Indonesia dan luar negeri. Selain kota mandiri BSD City seluas 6.000 hektare, Kota Deltamas 3.000 hektare, Grand Wisata 1.100 hektare, Kota Wisata 700 hektare, Grand City Balikpapan 224 hektare, Palm Spring Golf & Resort Batam, dan resort Kota Bunga Puncak. Sinar Mas Land juga menangani sejumlah superblok, hotel, pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, dan kawasan industri. 

Contoh bus listrik di The Breeze dan kawasan Green Office Park BSD City. Foto oleh Robert Adhi Ksp

Di bawah kepemimpinannya, Michael Widjaja membangun berbagai proyek visioner seperti BSD Green Office Park (GOP)—yang sering disebut-sebut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sebagai gedung pekantoran ideal untuk Ibu Kota Negara (IKN) di Nusantara, Kalimantan Timur.

Selain itu, mal tanpa dinding (mall without wall), The Breeze yang pada awal pembangunan mendapat tantangan kalangan internal karena terlalu banyak ruang terbuka yang disediakan, namun seiring berjalannya waktu, justru banyak dituju masyarakat khususnya pada masa pandemi Covid-19.

Michael juga mengembangkan kawasan Digital Hub yang didedikasikan untuk perkembangan ekonomi digital nasional.

Michael terus memegang nilai-nilai yang ditanamkan kakeknya, Eka Tjipta Widjaja, yang sampai sekarang masih berlaku di perusahaan. Michael juga mengungkapkan obsesi dan mimpinya membangun BSD City sebagai kawasan kota baru yang betul-betul mandiri setelah Sinar Mas Land mengambil alih saham konsorsium pasca-krisis 1998. 

Michael Widjaja, Group CEO Sinar Mas Land

Michael Widjaja bicara tentang pengalaman, daya juang, serta cita-cita yang masih ingin dicapainya bersama perusahaan dalam buku ini. yang dilakukan khusus untuk konten buku ini. Berikut petikannya: 

Bagaimana Anda melihat kontribusi industri properti bagi perekonomian Indonesia? 

Industri properti di Indonesia didorong oleh banyak industri turunan di belakangnya yang menggerakkan roda perekonomian. Bayangkan, satu rumah saja dibangun, semua barang yang dipakai produk lokal. Yang perlu diimpor paling cuma steel. Semen dibikin sendiri, tukangnya SDM lokal dan hasilnya bisa bikin atap, jalan, dan sebagainya. Berapa banyak ekonomi lokal yang bergerak jika industri properti ini didukung pemerintah? Berapa banyak turunan industri properti yang kemudian mendukung negara ini? 

Ini belum termasuk hotel dan mal yang juga banyak menyediakan lapangan kerja. Bahkan dari hotel banyak memberi lapangan pekerjaan termasuk industri makanan dan sebagainya. Jika industri properti Indonesia menggunakan produk lokal, mulai dari semen, pekerja, kontraktor dalam negeri, hasilnya, the money goes back to local community. Industri properti telah mendukung jutaan orang, tetapi tidak pernah dinyatakan dan tidak pernah terlihat sehingga industri properti seperti dianaktirikan, di belakang sektor mineral, perkebunan, perminyakan, otomotif —yang dianggap lebih seksi. 

Saat ini industri properti di Indonesia masih di belakang. Kalau benar-benar diperhatikan, industri properti bisa menjadi tulang punggung Indonesia untuk menstabilkan atau mensolidkan perekonomian, selain ekspor tentunya. How big can the real estate industry support Indonesian base jobs? 

Jika peraturan pemerintah mendukung industri properti, kita akan bisa menjadi pilar dan tulang punggung ekonomi Indonesia dan skala lokal. I think the property is the real backbone. Banyak negara yang tulang punggungnya adalah industri properti. Di Singapura, jika industri properti jeblok, perekonomian negara itu ikut jeblok. Hong Kong juga sama, Tiongkok apalagi. 

Saat ini begitu banyak jenis pajak dikenakan terhadap properti di Indonesia sehingga menyebabkan harga rumah, produk properti sangat tinggi, —yang pada gilirannya menjadi beban konsumen. Ini menyebabkan harga rumah melambung dan tidak terjangkau lagi oleh generasi milenial —seperti yang pernah disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani belum lama ini. apa saran anda? 

Anda benar. Pajak properti di Indonesia sangat berat. Sebagai perusahaan properti dan pengembang berskala kota , kami membangun infrastruktur dan kami sudah cukup banyak menyerahkan hasilnya ke negara. Pengembang sudah memberi kontribusi begini banyak, apa bisa sebaliknya pajak-pajak perusahaan yang di-offset

Saya pikir yang paling gampang adalah kita perlu datangkan first come buyers. Rumah pertama yang dibeli sebaiknya tak usah dikenakan pajak. First come buyers tak perlu dibuat pusing dengan pajak-pajak. Kalau mereka membeli rumah kedua, ketiga, ya silakan pajaki. Kalau sudah bisa membeli rumah kedua, ketiga kan kondisinya sudah berbeda, lebih mapan. 

Kalangan perbankan juga sebaiknya memberikan kemudahan kepada first come buyers dalam 10 tahun pertama. Jangan mengeluarkan peraturan yang membuat susah first come buyers sehingga mereka kesulitan membeli rumah. Berikan insentif, jangan malah membuat peraturan yang membatasi ruang gerak terbatas. Bagi saya ideal jika ada insentif yang positif kepada first come buyers dalam jangka 10 tahun dengan bunga tetap. Itu akan membantu generasi milenial membeli rumah pertama dan saya kira ini tidak memberatkan industri properti. Itu saran saya tentang first come buyers

Saya pikir yang paling gampang adalah kita perlu datangkan first come buyers. Rumah pertama yang dibeli sebaiknya tak usah dikenakan pajak. First come buyers tak perlu dibuat pusing dengan pajak-pajak. Kalau mereka membeli rumah kedua, ketiga, ya silakan pajaki. Kalau sudah bisa membeli rumah kedua, ketiga kan kondisinya sudah berbeda, lebih mapan. 

MICHAEL WIDJAJA, GROUP CEO SINAR MAS LAND

Kedua, peraturan-peraturan yang menghambat industri properti perlu dipangkas karena seperti yang saya sampaikan, industri properti bisa menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, terutama menggerakkan ekonomi lokal. Berapa material pokok seperti semen, cat, batu bata yang perlu dibeli? Itu semua kan produk lokal. Ini yang kita lupakan. Satu rumah yang dibangun membawa multiplier effect, mendukung lima sampai enam industri ikutannya, dan lima atau enam industri ikutannya mempekerjakan lebih banyak orang.  Jadi multiplier effect-nya sangat besar. 

DIKUTIP DARI BUKU “MEMBANGUN INDONESIA MELALUI INDUSTRI PROPERTI” (ROBERT ADHI KSP, PUSTAKA KSP KREATIF, 2023). INGIN MEMBACA LEBIH LENGKAP? KLIK TAUTAN INI UNTUK MEMBELI E-BOOK DENGAN POTONGAN HARGA